Sunday, December 7, 2008

Nama

Kalo Shakespeare bilang apalah arti sebuah nama mungkin bakalan ditimpukin sama beberapa orang pada saat-saat sekarang ini. Emang abad kesekian belas dahulu kala itu, nama nggak terlalu penting buat dia berhubung belom marak teroris bom sampe' rasisme yang parah dari era 60-an sampe' era digital milenium ketiga sekarang ini.



Hahahaha! Ironis memang jaman sekarang ini para orang tua yang baru punya anak agak harus mikir puluhan ribu kali dalam pemilihan nama. Setidak-tidaknya, jangan sampe' anak mereka besok jadi sedikit keki karena pemilihan nama yang bikin mereka sedikit tidak beruntung.



2 bulan berturut-turut ini, saya membaca majalah Rolling Stones terbitan Indonesia bulan November dan Desember. Agaknya ada beberapa cerita dari para artis band Indonesia yang kesandung masalah yang sama karena nama. Beberapa bulan yang lalu Slank sempet roadshow ke Amerika dalam rangka promosi album. Sayangnya, pas awal-awal konser Ridho Slank malah sibuk diresehin kedutaan Amerika untuk Indonesia gara-gara namanya yang berbau arab (nama lengkapnya 'Muhammad Ridwan Hafied). Untung aja dia bisa nyusul beberapa minggu setelah. Setidaknya nasibnya nggak sesial personilnya White Shoes and Couple Company yang bahkan visanya bener-bener nggak dikeluarin sama kedutaan karena selain namanya yang arab banget, tempat kelahirannya pun di Jeddah.



Cerita susahnya keluar visa untuk orang-orang Arab--atau yang namanya rada Arab-Arab gitu memang udah lama beredar. Apalagi kalo bukan gara-gara peristiwa 911 yang bikin pemerintah Amerika paranoid setengah mampus. Menganggap semua orang dengan KTP dan nama khas Timur Tengah kayak penyakit kudis. Hingga sikap antipati ke Indonesia dengan travel warning-nya. Orang kok bawaanya su'udhon aja! Mending berprasangka jelek aja :(

Tapi..tapi...tapi setelah Obama jadi presiden bakalan lebih baik gak ya? Kan nama Presiden Amerika yang baru juga berbau Arab (Barrack Husein Obama).



Tapi sebenernya nggak cuma di Amerika aja yang bertingkah aneh macam itu. Indonesia sendiri dulu juga gitu. Era 60-an ketika Seharto lantang meneriakkan sorai "Ganyang Komunis! Ganyang Cina", Tan Yoe Hoek--pebulu tangkis Indonesia pertama yang meraih juara All England, terpaksa ganti nama yang lebih Indonesia *tapi jawanisasi*. Masalah ganti nama itu memang sempat heboh dikalangan penduduk keturunan Cina di Indonesia.

Nama bisa dibilang seperti sebuah doa dari orang tua kepada anaknya. Doa yang indah yang membawakan keberuntungan bukannya kesialan-kesialan semacam tadi. Doa merupakan sebuah harapan yang dipanjatkan agar sang anak bisa menjadi baik. Tapi ini aneh banget kok orang nggak bisa menghargai identitas yang berbeda dari kita hanya karena alasan ketakutan. Penulis majalah Rolling Stones pun turut serta memberi saran kepada pembaca agar lebih bijak sana memberi nama untuk keturunan kita berikutnya. Aneh!

Apapun nama yang diberikan orang tua pada kita adalah identitas pertama yang kita punya. Meski orang lain bisa aja seenaknya ngeceng-cengin nama kita yang dianggap--entah itu katro atau sangat mewakili suatu etnis dan ras tertentu, yang penting kita harus bangga karenanya.

Seperti saya yang selalu bangga dengan nama Ayu meski tampang cukup ganteng, gagah dan kelakukan tomboi kayak cowok. Ayu merupakan doa orang tua agar saya ingat kalo saya ini cewek tulen. Hehehehehehehe :P

No comments: