Wednesday, November 26, 2008

Manusia Karet

Separuh jiwa ini tampaknya bergolak hebat. Menggila tak terbendung. Habis sudah tenaga ini mengayuh kaki arungi waktu. Aku lelah. Tubuh ini tak lagi bersayap, tanah yang ku tapaki terasa keras dan panas. Aku terjungkal jatuh ke bumi.

Sesederhana bernafas pun tak mampu ku lakukan. Hanya terdiam tak berdaya karena kelelahan. Aku kehilangan rumah cahaya itu untuk pulang. Bagaimana rasanya terseok-seok melangkah? Aku cuma bisa andalkan paru-paru dan jantung saja untuk bisa hidup.

Aku terbakar. Terberangus oleh sengatan hebat itu. Mungkin, dayaku tak cukup mampu menandinginya--manusia petir itu menggelegar riuh. Andai ku mampu jadi isolator hati itu untuknya. Andai dia mau menerimaku untuk singgah di sampingnya. Seandainya dapat ku lisankan bahwa aku nyata untuk dia.