Wednesday, December 30, 2009

Drama Brutal

Berita ini sampai ditelinga--agak kelewat lama namun tetap membuat terhenyak. Cerita itu muncul di koran-koran beberapa waktu belakangan ini namun baru belakangan ini aku mengetahui bahwa korban pemuda yang meniggal di bunuh itu adalah adik kelasku SMA. Anak angkatan 2009 yang baru sebentar melangkah keluar ke dunia remaja, baru sebentar menanggalkan seragam abu-abunya, baru sebentar menjadi mahasiswa belagu ala anak muda semester pertama. Dia meninggal karena dibunuh oleh anak SMA yang merupakan anak genk sekolah yang jadi musuh sekolah kami. Kenakalan ala remaja tanggung. Tawuranlah, berantem sehabis sepulang sekolah, sekedar hajar sana hajar sini.

Yang membunuh justru yang masih anak sekolahan. 17 tahun dan dia sudah menghilangkan nyawa orang lain hanya karena..apa?
Pride yang dijunjung atau...apa?

Kejadian ini merupakan sebuah pelajaran yang penting. Refleksi pembentukan mental pemuda-pemuda Indonesia jaman sekarang. Bagaimana caranya membuat orang-orang yang jadi tunas bangsa ini tetap sehat otaknya dan tetap bersih hatinya. Atau apakah 12 tahun wajib belajar di sekolah hanya sekedar untuk bertarung di jalanan ala Fight Club. Tidak memungkiri, bukan karena dendam pribadi yang jadi penyebab drama brutal ini terjadi. Bisa jadi kedua belah pihak juga salah, dendam sekolah yang ya-ampun-it's-so-last-year memicu terjadi sentimen antar sekolah.

Lalu, mereka yang menjadi pendukung aksi untuk mengusut tuntas kasus oembunuhan ini membuat akun facebook. Di situs jejaring yang memulai pertengkaran--yang berbuntut pembunuhan inilah akhirnya juga menjadi salah satu tempat mereka untuk menunjukkan bahwa orang-orang melihat dan mengawasi segalanya. Situs jejaring yang paling ampuh masa kini menjadi tempat mereka bertemu dan berpendapat. Banyak provokasi hanya tinggal menuggu orang-orang nekad untuk berbalik membalas dendam atas segalanya. Orang bicara untuk menghukum mati lah, hajarlah..dan kita tampaknya bener-bener ingin cepat mengganti orang tersebut lalu. 'Mata dibayar mata'
yang kupikirkan sekarang bagaimana membuat lingkaran samsara ini putus?

Apa yang ingin ku katakan adalah mari kita bercermin. Melihat diri sendiri dan menjaga agar kemurnian hati tetap menjadi milik kita sendiri.

Goodbye, lit'brother just rest in peace wherever you are..

Saturday, December 26, 2009

Writing soul

Dari dulu menulis adalah kegemaran paling sakral dalam hidupku. Apapun bisa ku tuangkan dalam lembaran-lembaran tipis kertas. Aku menggambarkan perasaaan, menjelaskannya dalam kata--meski kadang hanya untuk komunikasi dengan diri sendiri, kadang ku visualkan perasaanku lewat gambar-gambar ekspresifku.

Meski sekarang harus ku akui semangat menulis perlahan meluntur. Bahkan, menulis justru ku lakukan hanya sekedar untuk mengerjakan tugas belaka. Tidak lagi ada khayalan indah mengenai petualangan seorang bocah bernama 'Unang' yang ku karang ketika aku kelas 6 SD. Tidak ada lagi cerita-cerita remaja yang ku impikan dapat dicetak dalam rubrik cerpen di majalah remaja favorit. Dan aku berhenti menulis untuk bercerita mengenai dunia ideal yang ada dalam kepalaku.

Meski tidak lagi berdekatan dengan fiksi, aku masih tetap menulis. Nggak bisa dikategorikan sebagai fiksi karena cerita hidupku toh adalah realita. Aku bertutur untuk diri sendiri--dengan kesederhanaan yang berlebihan.

Aku masih ingin melihat diriku bercerita suatu saat nanti.

Friday, December 4, 2009

Taman Bermain.

Ketika berumur sekitar 6 atau 7 tahun--atau ketika ingatanku masih terbatas ala kadarnya, aku teringat masa-masa masih bersama dengan Bapak. Sering kali dalam beberapa kesempatan kami sering diajak oleh Bapak bermain di kantornya. Bapak bekerja sebagai dosen Arsitektur di UGM. Belakangan ini aku baru tahu ternyata pekerjaan cukup banyak, dan ternyata pekerjaannya memakan waktu hingga larut malam.

Bermain di tempat orang tua bekerja merupakan satu pengalaman tak yang membekas sangat baik. Bayangkan saja, kadang dalam acara jalan-jalan kantor Bapak jadi salah satu tempat tujuan kami. Misalnya, malam minggu selepas makan malam bingung mau kemana malah kita mampir ke kantor Bapak. Buatku yang masih kecil, tentu hal itu sangat menarik dimana kita merasakan dunia orang dewasa bekerja. Ada banyak tumpukan kertas, papan tulis besar dengan bermacam-macam spidol, rautan mesin, tempelan magnet, hingga kulkas kecil yang berisi minuman soda. Dunia pekerjaan yang semua dibuat kaku, berantakan, dan serius namun malah jadi taman bermainku. Aku cukup menyukainya, mengunjungi kantor Bapak yang berupa sebuah meja besar dengan penuh tumpukan buku dan kertas dimana-mana. Maklum saja tukang gambar. Jelas karena perasaan bangga pada Bapak dengan pekerjaannya--yang dulu belum betul-betul ku mengerti.

Yah, hanya sekedar kebanggan anak kecil :)

Friday, November 6, 2009

Hujan yang menggantung.

November Rain. Sungguh sebuah kalimat yang sangat familiar terucap oleh semua orang ketika Oktober berlalu. Menyiapkan sebuah payung, rain coat, kemudian bersiap dengan doping vitamin C agar tidak kena flu parah. Kami menanti sebuah November yang basah dan lembab.

Banyak orang yang bilang mereka menyukai hujan yang romantis dan melankolis. Ada pula yang suka hujan namun tidak suka basah. Kemudian orang lain menolak menyukai hujan karena badai dan penyakit yang datang. Dan aku sendiri, menatap hujan seolah bukan pertanda.

Hujan menggantung perlahan dibalik awan. Sementara aku menunggu, banyak harapan, mencoba berharap lebih, kadang terjungkal, terpeleset jauh, hingga menjadi datar. Emosi ku jelas teraduk namun tak membuatku berhenti berharap.

Thursday, November 5, 2009

Prek!

Ini masalah etis gak etis, sopan nggak sopan, masalah kamu punya etika nggak dalam kehidupan bergaul sama orang lain. Jangan nyamain dirimu dengan orang lain donk. Memang saya nggak punya hidup dan rasa capek secapek anda, tapi saya juga punya dunia yang boleh dilanggar orang lain. Apalagi orang yang nggak tau etika seperti anda. Tai!

Meski dunia saya biasa saja, meski saya nggak punya pengalaman sehebat anda, meski saya tuh cuma pembantu anda, tapi saya juga punya hidup yang tidak hina. Yang punya tata aturan hidup sendiri. *prek!

Sunday, October 18, 2009

Happy Birthday!

Ulang tahun ke-21. Ku rayakan sendirian. Sendirian secara harfiah, tidak ada seseorang yang menemaniku. Ditinggal pergi ke Garut, dan tidak ada steady boyfriend, aku jaga rumah.

Rasanya enggak enak. Semoga tahun-tahun berikutnya aku bisa merayakannya dengan orang-orang yang aku sayang. Pikiran tentang dunia ideal--yang hanya ada aku sendiri, hari ini secara resmi ku buang jauh-jauh dari kepalaku. I don't wanna feeling this anymore. Setidaknya, aku ingin punya seseorang yang bisa ku bagi tawa yang sebetulnya ingin banget ku lakukan seharian ini.

Happy birthday to myself. Wishing for not being lonely anymore, dear!*and i want you right here by my side forever and over.

Monday, October 5, 2009

?

Do you need money?

Sunday, September 27, 2009

First is..

First love is foolish. Tidak banyak yang derita yang dirasa hanya kekonyolan khas orang-orang yang belum mengerti bagaimana rasanya berpikir mengenai dua kepala. Perasaan yang sungguh sangat egois, apalagi buat orang-orang yang cenderung memilih untuk autis dengan perasaannya sendiri.

Lepas dari kekonyolan itu, beberapa tahun yang lalu, ruang dan waktu saling menemukan kembali. Aku hanya bisa menertawai dalam lolongan tawa yang panjang sekali. Sungguh rasanya begitu memalukan namun sekaligus menyunggingkan senyum.

Yap, first love is history, now.

Tuesday, September 22, 2009

Minyak Tawon

Suatu hari, waktu buka bareng anak-anak green map--yang kebetulan banget waktu itu cewek semua yang dateng, banyak hal yang kita obrolin. Ide-ide bermunculan, mengenai peta transportasi kota, sepeda hingga hal-hal remeh semacam kopyor dan kuliner-kuliner enak yang pernah dicicipi. Khas obrolan cewek yang bisa ngalor-ngidul kemana-mana.

Topik utama yang paling penting dibahas waktu itu adalah mengenai perekrutan orang-orang yang bersedia ikutan di Green Map. Soalnya memang krisis anggota. Bayangkan aja orang-orang datang dan pergi gitu aja. Namanya juga volunteer :p
Buka lowongan relawan selain juga butuh orang yang bisa disain, baca peta, survey, kerja lapangan. Kasarnya, butuh relawan yang serba bisa. Lalu tercetulah istilah balsem dari seorang kawan. Balsem ibaratnya obat yang digunakan diluar tubuh atau di kulit luar saja yang kadang digunakan untuk apa saja. Mau itu sakit gatal, masuk angin, dsb. Jadi, balsem bisa jadi orang-orang yang bisa apa saja namun hanya di kulit luar saja alias separo-paro bukannya pro.

Aku ini balsem. Yeah. Sayangnya iya, aku orang amatir yang bisanya cuma separo-paro. Nulis--bisa sedikit-sedikit, motret--bisa sedikit-sedikit, operasi komputer--tergantung program apa. Kalo dalam hidupku yang enggak mengenal balsem, maka aku menamakan diri dengan Minyak Tawon kalo begitu. Akulah minyak tawon yang cuma bisa hanya sekedar itu..

Sounds pathetic? Or I should proud to myself?

Tercetus begitu karena aku merasa sama sekali tidak puas dengan diriku sendiri. Aku tahu aku bisa namun aku memilih jalan yang jauh lebih mudah. Menuruti ego. Aku pengen lebih, lebih, dan lebih namun kenyataan yang ada selama ini bahwa aku bukan orang yang ambisius. Sial yang kedua.

Lantas gimana donk?

Monday, September 21, 2009

Lebaran Hari Kedua

Puasa telah lewat, dan suasana lebaran ada dimana-mana. Happy Ied! Rasanya menyenangkan berkumpul dengan keluarga--terutama ketika rumah yang sepi mendadak ramai kembali seperti beberapa tahun yang lalu. Lebaran memulangkan keluarga kembali ke rumah yang sebenarnya yang hangat.
Mencoba kembali mencari serpihan berkah yang dulu pernah didapat namun terlupakan. Aku malu padaMu tapi masih tetap meminta lagi dan lagi.twitter, 18 September 2009

Lagi-lagi banyak umbar janji dan omong kosong. Akan tetapi aku masih akan terus percaya aku bisa berubah menjadi lebih baik. Amien
:)

Thursday, August 27, 2009

I heart to BBF :)

Sedang demam F4. Lagi? Yah, versi ketiganya F4 yang kali ini gantian diproduksi oleh Teve Korea setelah Taiwan dan Jepang. Meski sudah tiga kali dibuat dalam berbagai cerita dan beda negara namun daya tariknya masih tetap ada. Iyalah, cewek-cewek bakalan selalu suka karakter cowok ganteng. 4 pula! :D

Boys Before Flower ini dibikin beberapa episode lebih panjang dengan twist story yang dibuat berbeda. Gaya cinta segitiga yang jadi kesukaannya orang Korea dibuat lebih banyak. Namun, buatku yang udah baca Hana Yori Dango dan nonton 2 versi sebelumnya, Gun Jun Pyo/Domyoji Tsukasa/Dao Ming Tse di sini karakternya dibuat bedaaaaa jauh. Sialnya kebodohan nggak rasional yang dimiliki si Domyoji nggak tersaji dengan apik di sini. Dia kurang gila mempertahankan cintanya. Selain itu, yah cerita manis yang lucu. Lumayanlah.. hoho :P

Saturday, August 15, 2009

I draw some rough future

Pernahkah meragukan masa depanmu sendiri? Well, aku mungkin sedang meragukan hidupku sendiri. Agak parah juga karena ini berarti tidak mempercayai kemampuan diri sendiri untuk hidup. My future path has just coming more rough day after day. Maybe it's just because myself who don't wanna to move out from comfort zone.

Beberapa tahun, sejak sepenggal konversasi dengan mbak indit--terlintas kata 'comfort zone'. Aku menyukainya, tidak ingin meninggalkannya. Namun, beberapa bulan belakangan lagi pikiran-pikiran baru yang menghinggapi kayak lalat--menganggu. Sungguh itu menganggu. Itu juga jadi semacam sinyal buat bahwa aku bergerak menuju tingkat kedewasaan dari sebelumnya. Kecerdasaan emosional yang tidak ku duga bakalan datang.

Apakah ini dilema 20 tahun? Bahkan sebelum aku menuliskan angka '20' aku baru mengingat bahwa umurku sudah mencapai sana. Seharusnya ini hanya awal dari hidupku yang bisa ku lukiskan jadi jauh lebih menarik lagi dari sebelumnya.

Aku hanya tidak bisa memutuskan untuk bergerak kemana. Ada yang memberatkan langkahku; semacam ego gila-gilaan. Tetapi ada pula rasio bahwa keadaan ini pasti akan berubah, siap atau tidak. Mendadak aku mengingat kata-kataku sendiri yang ku ucapkan ketika lulus SMA. Dunia berubah, siap atau tidak. Dulu ku bilang pada diriku sendiri, aku akan kuliah dan kehilangan waktu-waktu yang sangat kekanak-kanakan seperti ketika masih sekolah.

Dari kemaren otakku yang sangat jealousy ditambah keadaan comfort zone ku ini, lalu akan kemana?

Friday, August 14, 2009

Jealousy?

Lucu, karena baru kali ini aku merasakan perasaan mengesalkan seperti ini. Kadang ku pikir diriku nggak bakalan kepikiran untuk merasa seperti ini. Tapi, thanks God, I'm a normal human. Sangatlah manusiawi merasakan perasaan semacam ini hinggap di kepala kita.

Beberapa hari belakangan ini, pikiran ini terus saja mengusik. Pengen cuci otak dengan demikian "kotora-kotoran" yang bikin penuh bisa dibuang ke tong sampah. Aku nggak tau gimana caranya untuk mengatur. Manajemen otak. Inikah yang harus ku lakuin selanjutnya.

Perasaan ini jadi sangat mengganggu karena di satu sisi aku tahu ini tidak tepat. Ibaratnya sekarang sedang menari-nari 'negative-side' lebih banyak daripada keikhlasan yang biasanya ku punya. Aku tahu, pikiran ini sangat sederhana--bahwa kesempatan itu belum ada untukku. Tapi kok...?

Sialan kan' kepikiran lagi. hahahaha

Sudahlah, banyak kesempatan mungkin memang tidak untuk kita dapatkan. Mencoba untuk tetap positif. Mungkin dengan cara seperti inilah yang bisa melecutku untuk bergerak dari comfott zone ini.

Sunday, July 26, 2009

Oldman that never too old

2 minggu ini ku habiskan bersama banyak orang-orang tua. Baik tua umur hingga "tua" dalam pengalaman hidupnya. Bekerja hampir setiap hari di lingkungan Kraton Yogyakarta membuatku harus bertamu di rumah orang-orang itu. Mengobrol dengan para orang tua selalu penuh dengan nasehat--yang terkadang menyenangkan.

Romo Nur, seorang kakek berusia 85 tahun dengan keterbatasan penglihatan namun tak berhenti bicara selama 3 jam non-stop. Darah biru masih mengalir deras dalam tubuhnya namun tak sekalipun ia mau menyebutkan gelar ke-pangerannya itu. "Saya ini dari dulu bergaul dengan orang biasa--tak perlu sebutkan yang semacam itu."

Beliau adalah cucu laki-laki tertua dari Sultan Hamengku Buwono ke-8. Aku curiga, HB ke-8 sangat sayang pada beliau ini dari cerita-cerita kenakalan beliau yang luar biasa. Pergi bermain di luar kampung mana-mana, mencuri mangga hingga tebu, lalu melompat pagar rumah jam 2 pagi--pada masa itu. Cukup bisa menggambarkan bagaimana jaman mudanya dulu kan'?

Cerita-ceritanya tak berhenti sampai dengan mengenang masa lalunya saja. Cerita kehidupan dengan pemikirannya juga tak kalah banyak. Persoalan nasionalisme sebagai Indonesia yang tidak belagu dan tidak "bergaya" hanya karena sudah bisa pergi keluar negeri. Lalu melompat lagi tentang dirinya menyaru dengan penampilan gembel namun fasih berbahasa Belanda.

Kakek ini, hanya satu dari segelintir orang yang sudah hidup hingga mencapai usia 80-an. Para orang tua yang hidup melewati 2 jaman yang berbeda. Orang tua yang terkadang mengernyitkan dahinya ketika melihat modernitas disekeliling mereka. Kadang mereka tidak mengerti dengan tata krama yang diyakini oleh anak muda seperti saya. Dalam wilayah sakral--Jeron Benteng ini, para orang tua harus tinggal dan menikmati masa tuanya. Memperhatikan jaman yang kadang bebasnya keterlaluan.

Mereka tidak dimanjakan oleh internet, sms, handphone, hingga facebook. Jejaring sosial buat mereka tidak maya melainkan pergi keluar rumah dan bertemu sosoknya langsung.

Dan aku merasa sangat muda sekali didepan beliau. Bukan hanya dalam artian usia tetapi juga caraku menjalani hidup ini.

Thursday, July 2, 2009

Bersikap apatis begitu saja

Sudah hampir sebulan lebih semenjak kampanye pemilu presiden dimulai. Rasanya bener-bener muak karena dijejali bermacam rupa iklan sang calon masa depan. Hampir setiap hari, ketika menonton acara teve disaat prime time--iklan-iklan itu dijejalkan. Iklan durasi 30 detik yang isinya janji-janji politik, si ini lebih cepat daripada si itu, yang mana yang pro rakyat. Belum lagi di ruang publik--jalanan yang penuh spanduk dan atribut wajah mereka.

Mungkin sikap ini bisa dibilang sangat apatis terhadap dunia politik negara. Satu contoh konkret generasi muda yang nggak peduli dengan kondisi negaranya sendiri. Cuek dengan permasalahan politik. Cuek dengan masa depan. Sarkastik sekali terhadap para elit yang (ngakunya) berjuang untuk rakyat.

Anak muda? Generasi muda?
Yang macam apakah saya ini?

Yang tentu saja diharapkan tidak hanya sekedar cuek dengan negara yang semakin lama sudah semakin sakit ini. Saya ingin memperbaikinya, turut serta jadi perawat agar negara ini bisa lekas sembuh. Apakah negara ini bisa selamat jika terus digerogoti oleh-oleh politikus sialan itu?

Entah..

Saturday, April 25, 2009

Ekspektasi kenangan hari ini

Kita terbiasa mengingat satu momen istimewa. Saat itu biasanya akan terasa sangat istimewa--bahkan saat mengingat-ingatnya momen itu terasa baru terjadi kemaren atau 30 detik yang lalu. Istimewa itu bisa dikonotasi baik hingga buruk. Momen indah akan kita ingat sama baiknya dengan momen terburuk. Keduanya akan terpatri sama dalamnya. Dan, selalu ku katakan pada diri ku sendiri--jika kamu nggak mengalami amnesia maka kenangan itu pasti akan menempel selamanya.

Aku tidak berharap kepalaku bakalan kejedug dan bikin aku kehilangan semua ingatanku. Baik maupun buruknya momen yang pernah ku alami. Aku juga tidak merencanakannya dalam waktu dekat ini (ku harap juga selamanya). Bagikubaik dan buruknya kenangan hal akan berakhir sama sebagai dua hal yang akan terus terjadi dalam rangkaian kejadian yang berikutnya.

Selalu ada saat indah, meski buruk. Semuanya abu-abu, sama seperti zona aman. Karena keduanya bercampur jadi satu. Momenlah yang menciptakan cerita kehidupan ini.

Terima kasih untuk segalanya. Bahwa pencapaian itu telah melampaui ekspektasi ku selama ini. Momen yang membawa ku dan menjagaku dalam satu kewarasan--satu keyakinan gila!
Mungkin, jika bukan karena aku diberi sedikit luas hati beberapa jengkal--yang tidak biasa ada di tempat lain, maka mencapai keyakinan gila ini sungguh sangat mustahil.

Aku punya keyakinan gila. Hal indah pasti akan sama jelasnya dengan hal buruk. Aku terlalu enteng berpikir. Dan kegilaan itulah yang membuatku menyalurkan energi ketika hal buruk terjadi. Semua akan berada dalam jalur yang tepat.

Satu momen pada hari ini yang pernah terjadi 2 tahun yang lalu adalah satu kenangan terhebat yang pernah terjadi dalam hidupku. Aku masih bisa mengingatnya--senyata mengingat pagi ini aku tanding badminton di kampus. Toh, kenangan bukanlah masa kini. Semuanya harus berjalan meski tidak sesuai dengan yang kita harapkan. I dare to myself to move. Bahwa banyak hal yang tidak akan berjalan sesuai dengan ekspektasiku. Namun, sekali lagi, million thanks to him for all the day i've spent after that, with laugh and glory pain. Hanya ada satu keyakinan dalam hati ini. Aku bisa dan pasti akan bisa. Bahwa Tuhan akan kasih peta untuk menemukanmu, dengan cara apapun suatu saat nanti. Aku belum menyerah dan bendera putih belum akan ku kibarkan.

Semua itu pernah menjadi yang terburuk tapi juga yang terindah. Paling indah dalam hidupku.

Makasih yah :)

Tuesday, March 17, 2009

BEHAVE!

Sebetulnya aku tidak terlalu benci rokok. Koreksi. Asap yang dihembuskan dari mulut seseorang setelah menghisap dalam-dalam sepuntung rokok. Kebetulan, aku orang yang cukup tahan dengan asap rokok karena orang-orang di lingkunganku banyak juga yang merokok. Antara lain, kakak laki-laki ku yang paling tua--walaupun sekarang sepertinya sudah berhenti sama sekali, dan tentu saja kebanyakan dari teman-teman cowokku memang banyak yang merokok. Dari kecil aku cukup tahan berdekatan dengan orang yang merokok karena dulu sekali, waktu aku masih rajin dengan kegiatan remaja masjid, sudah banyak teman-teman cowokku--yang meski masih SMA, sudah mulai merokok. Dan mengenal dekat salah satu dari mereka berarti secara otomatis aku juga dekat dengan rokok.



Aku bukan perokok. Sama sekali belum pernah menghisapnya dan hal itu nggak perlu repot ku jelaskan dengan memperlihat hasil x-ray paru-paru untuk membuktikannya. Setidaknya aku merasa cukup sehat. Sepanjang 20 tahun hidupku, aku adalah karin si perokok pasif.



Sebetulnya, aku tidak terlalu keberatan dengan para perokok aktif yang selalu ngebul dimana-mana itu. Yah, mengingat, hukum di Indonesia yang terlalu lemah untuk dipatuhi. Merokok buat ku juga bukan dosa moral yang besar. Hanya saja, aku membenci setengah mati perokok bego yang sembarang mengeluarkan polusi udara itu tidak lihat tempat.



Dan aku punya pengalaman paling buruk dalam hal itu. Suatu hari, seperti biasanya aku melompat ke dalam bis kota untuk pergi kuliah. Bis kota yang ku naiki merupakan semacam mini bus dengan satu pintu yang memuat hanya separuh orang dari bis kota besar biasanya. Bis kota yang ku naiki kali ini merupakan mini bus dengan tipe jendela kecil yang berada di bagian atas dekat dengan langit-langit. Tidak seperti jendela bis yang biasanya lebar dan berada sejajar dengan kursi penumpang. Bis ini sungguh biadab. Sirkulasi udaranya benar-benar buruk oleh karena kecilnya ukuran jendela. Ergh, untung aku naik di pagi hari ketika suhu udara masih cukup sejuk. Jangan coba-coba naik bis macam itu tengah siang di hari-hari musim kering. Rasanya seperti di sauna.



Lalu, si supir menghentikan bis untuk menaikkan penumpang biadab ini. Seorang bapak, masih berusia sekitar akhir 30-an, menggenggam sekotak djarum super. Aku hanya melirik ngeri. Berdoa dan berharap kemungkinan terburuk dalam otak tidak terjadi. Sial! Bapak itu menyulutkan api dan membakar rokoknya. Argh! Asap berputar dalam ruang bis yang sempit. Bis itu seperti di ruang pengasapan. Tak lama, seorang pemuda naik lagi, lebih parah dengan rokok yang menyala-nyala di tangannya. Sial! Sumpah rasanya bis itu udah kayak ruang pengasapannya Hittler.



Aku benar-benar tidak terlalu mempermasalahkan orang-orang yang merokok seandainya mereka mengerti bagaimana harus bersikap. Merokok di tempat sempit sekian meter itu. Merokok harus diakui sebagai hak hidup orang. Kemerdekaan manusia manapun yang mencari nikotin demi paru-paru mereka. Benda yang tidak perlu digubris kehalalan atau keharaman karena semua itu sudah diurus di kantor ke-malaikatan sana. Tapi, kalo orang lain hampir mati karena dicekoki oleh asap seperti yang ku alami?



Aku tidak sedang menyalahkan siapa-siapa, hanya mengajak untuk bersikap lebih logis dan sedikit berbaik hati dengan orang lain. Sedikit kebaikan hati untuk tidak sembarangan merokok.

Tuesday, February 24, 2009

Twilight

Ok! Hidup sedang bergulir ke arah yang tak menentu, menabrak dinding-dinding seperti halnya tengah bermain pinball dengan kecepatan super. Entah itu mengenai cinta atau sekedar tanggung jawab tugas yang se-abrek, sebagai seorang mahasiswi biasa yang pemalas. Kadang rasanya menyebalkan sekali. Namun..di tengah kegelapan dalam keputusan asaan itu, aku melihat secercah cahaya. Seperti halnya warna jingga di awal malam. Cahaya itu, setidaknya menstimulasi untuk mencari petualangan baru yang lainnya.

Lupakan, beberapa jumlah laki-laki yang pernah singgah dalam otakku. Karena dia datang membawa era baru dalam imajiku..
Edward Cullen hadir dalam mimpiku sekarang. Hahahahahahahhahahahahahahahahahaa
I'm freakin in love with him, no matter how :D