Wednesday, April 10, 2013

Menulis Ketakutan

Beberapa hari belakangan ini, memang ada belenggu yang saya rasakan. Mungkin benar, belenggu itu datang dari jiwa kita sendiri. Dengan kata lain, jiwa inilah yang tidak sehat. 
Aku takut menuliskan sesuatu. Mungkin karena ingat, kritikan tajam itu. Satu-satunya yang aku tahu, itu rupanya membuatku takut menulis. 

Hebat. Ternyata aku tak setegar yang bisa ditangkap oleh orang. 
Aku ingat hari-hari belakangan ini rasanya sulit untuk mendongengkan kisah yang seharusnya sudah kutuliskan. Gugup, gamang, takut, capek. Jiwa sakit ini mungkin yang menyebabkanku tidak bisa menuliskan apa-apa. 

Aku sudah tertinggal jauh. Yang lain sudah lari hampir separuh putaran. Masih juga aku berkutat di start.
Tapi hari, optimismeku melambung naik ke angkasa. 
Aku ingin memperbaiki jiwaku yang sedang tidak sehat. 
Setidaknya kembali pada diriku. 
Kembali pada keberanianku yang pernah menulis puluhan halaman, lalu dikirimkan pada sebuah acara penulisan, dan terpilih dari ratusan naskah(mungkin). Aku harus kembali percaya pada diriku sendiri, kesempatan seperti ini tidak akan datang untuk kedua kalinya. Sayang kalo dilewatkan.

Dan mungkin jalanku mencapai mimpi yang pernah kukubur dalam-dalam bisa terbentuk. Pelan. 
Yang perlu dipikirkan kini adalah bagaimana caraku mengatasi belenggu rasa takut.