Sunday, March 25, 2012

Cenayang

Masa depan itu selalu jadi misteri yang memikat. Pesona misterius itu yang menyebabkan banyak orang berlomba-lomba menyingkap tabir masa depan. Skip hari ini--hanya sekedar ingin tahu apa esok ekspektasi kita menjadi kenyataan.

Kadang kala, manusia membutuhkan pertanda untuk melangkah maju. Oleh sebab itulah, rubrik horoskop laku selalu dicari kala membaca majalah ataupun tabloid gosip. Manusia terkadang tidak sabaran untuk tahu kehidupannya mendatang. Tentu kita kepengen tahu, kayak apa sih jodoh kita, kerja apa besok itu, apa kita akan hidup sukses, dan pertanyaan lain. Makanya, usaha ramalan selalu laris manis. Terutama untuk orang yang punya "bakat".

Tapi gimana ada kalanya masa depan itu menakutkan sehingga membuat kita terkadang ragu untuk melangkah. Ada kala, kita tidak ingin tahu masa depan kita. Biarlah misteri tetap menjadi misteri.

Lalu, bagaimana seseorang mengatakan masa depanmu yang utuh bahkan tanpa kamu minta. Lebih-lebih lagi, sebetulnya kamu tidak berharap orang itu memberi tahu masa depan mu. Dan hidupmu mendadak tidak lagi seru. Hidup mu rasanya berputar ke arah yang membingungkan. Yang luar biasa adalah sahabat mu sendiri yang membacakan masa depan untukmu tanpa kamu minta. Serius, aku justru tersesat.

Oh kraby patty!

Thursday, March 8, 2012

Kontemplasi Sebelum Tidur

Sebetulnya saya sudah mau bablas tidur karena buru-buru ingin segera mengganti hari ini. Akan tetapi, kenangan datang tanpa permisi dalam satu kedipan mata ketika malam semakin merayap gelap. Selalu begitu. Saat sedang bengong dengan pikiran random saya--yang biasanya nggak terlalu penting seperti besok pengen pakai baju apa, tiba-tiba saja I'm having a moment. Saya teringat dengan sahabat baik saya yang sekarang sudah hijrah ke ibukota untuk bekerja, bersamaan dengan kenangan paling awal kami dapat berkawan sekental ini. Lalu, disitulah banjir kenangan saya tentang sahabat-sahabat. 

Di posting sebelum-sebelum ini saya pamer sedikit tentang persahabatan kami yang sudah sewindu itu. Nah, gara-gara kenangan nostalgia ini, saya jadi ingat memori lawas awal pertama kali kami mulai "bersahabat" yang dalam artiannya, dimana kami mulai sering main bareng, jalan-jalan, curhat, dll. 

Disitulah, malam ini saya teringat untuk pertama kalinya kami semua janjian untuk nonton film di bioskop lama (bukan jaringannya 21cineplex). Saya teringat, bagaimana perjalanan naik bis berdua dengan (calon) partner in crime saya waktu itu. 2 cewek tomboy, dengan gaya kayak mbah dukun (si sahabat pake kaos tanpa lengan kayak mbah dukun dan saya pake' jaket item seperti asisten mbah dukun), keduanya berambut sama-sama jabrik waktu itu, cuek dan nggak ada cakep-cakepnya sama sekali. Kilasan kenangan bergulir, ketika akhirnya kami batal nonton karena antrean panjang yang tidak memungkinkan untuk dapat tiket, lalu satu rombongan memutuskan untuk nongkrong saja di rumah salah satu kawan yang paling dekat dengan gedung bioskop. Seperti biasa ketika kami semua berkumpul yang ada hanya ketawa-ketiwi nggak karuan. Entah menertawakan hal apa. Yang bisa saya lihat hanya di dalam kenangan itu kami semua tertawa lebar tanpa beban, galau paling mentok kami hanyalah seputaran PR Kimia yang nggak bisa dikerjain dan cowok cakep dari kelas sebelah. 

Saya menertawakan kenangan tentang persahabatan kami selama SMA. Perjalanan yang lagi-lagi terasa seperti mimpi. Menengok kami semua yang masih bersekolah dulu rasanya tiada duanya, sekarang ini aku melihat kami semua sudah menapaki jalan masing-masing. Semua telah berpindah menuju jalan masa depan masing-masing. Kami yang polos dan naif dulu itu kini berganti menjadi orang yang lebih dewasa. Dulu kami sekedar anak-anak ingusan yang sering bikin jengkel guru, namun sekarang seorang teman bahkan mulai melangkah maju membangun rumah tangganya sendiri. 

Rasa takut menjadi dewasa kadang masih saja membayangi. Jelaslah, saya sendiri tidak yakin dengan masa depan yang agak absurd. Terbiasa dipilihkan jalan, sekarang kadang rasa takut menggerogoti tatkala harus memilih masa depan saya sendiri. 

Pada titik ini, saya cuman bisa ketawa. Andai hidup hanya sekedar mengkhawatirkan gimana caranya bikin contekan untuk ulangan kimia saja :p

Friday, March 2, 2012

Coldplay- The Scientist (cover)

Rindu

Rindu bukanlah kata yang mudah terucap dari bibirku. Untukku yang jauh dari kebiasaan untuk berkata dengan penuh rasa sayang atau semacamnya. Kata rindu yang paling mudah ku ucapkan hanya untuk bapak saja. Mungkin karena memang kami sudah lama sekali tidak bertemu. Kebiasaan jelek sih, bicara rindu hanya ketika tidak dapat bertemu. Hanya ketika raga sudah tak dapat berjumpa di dimensi dunia ini. Padahal, kenapa tidak bicara rindu ketika masih dapat bertegur sapa dan melempar senyum.

Seperti ini: "Aku merindukan mu. Bahkan ketika sudah bertemu pun aku masih tetap saja merindukanmu."

Gombal?
Aku bertaruh orang yang bicara begitu pada ku hanya akan mendapatkan tawa berderai-derai yang tak kunjung berhenti. Sayang sekali, aku terlalu kaku, dingin dan menyebalkan untuk dapat menerima hal-hal manis seperti itu. Sungguh tidak sopan.

Rindu bukanlah kata yang mudah terlontar dari ku. Bahkan pula, mungkin sulit untuk mengakui bahwa aku merindukan seseorang dengan segenap perasaan ku. Kenapa rindu harus muncul ketika tidak bertemu?