Friday, May 30, 2014

Sepucuk Surat Permintaan Maaf

Dear Kamu, 
Iya, kamu. Ku harapkan sampai juga surat ini untuk kamu baca. Kamu yang ku maksudkan sebetulnya jamak. Tapi aku ingin membuat ini kedengaran lebih personal.

It’s been rough months for me. Perjalanan kilat dari berbagai daerah, hutang yang menumpuk untuk dikerjakan dan waktu yang terus memburu. Rasanya seperti dihantui. Beberapa bulan ini sungguh terasa melelahkan buatku. Meskipun, memang rasanya aku kedengaran sangat manja dengan pekerjaan tak seberapa apabila dibandingkan dengan kamu. Tetapi, aku sesak nafas dengan semua yang menghampiriku beberapa bulan ini. Hingga puncaknya adalah malam ini. Aku tak tahu hantu mana yang menyambarku hingga membuatku kesetanan. Aku benar-benar bukan diriku sendiri. Aku tersesat dalam dimensi ruang kepalaku yang tidak menawarkan jalan apapun selain hanya tinggal dan menikmati begitu saja. Tanpa perlu repot-repot , tanpa tahu bahwa yang ku lakukan, keegoisan ini sungguh sangat melukaimu.

Aku tersesat dalam dunia kecil yang kubentuk sendiri. Aku tak punya keberanian untuk pergi dan memperbaiki segalanya. I messed things up. Dan sungguh, karena egoku pula aku menyakitimu.

Malam ini, satu pertanyaan besar menamparku dengan hebatnya. ‘Apakah aku punya hati?’. Dulu pertanyaan ini kedengaran sangat corny buatku. Namun, ketika kamu bertanya balik padaku, aku pun meraba-raba di dalam kedalaman diriku ini. Apa aku punya perasaan itu? Apa aku punya hati?

Maafkan aku yang telah berulang kali mengingkari janji hingga tak dapat dipercaya sedikitpun, maafkan aku telah mematahkan hatimu karena rasa takutku, maafkan aku atas semua keegoisanku, maafkan aku yang tak punya banyak waktu untuk memahami kamu barang sebentar saja, maaf karena aku membuatmu harus menangis dan marah sekaligus. Maaf karena aku tak mampu berbuat adil dan imbang dalam kehidupan kita.

Maaf saja tak cukup, pengandaian saja mungkin tak berarti. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa rasa penyesalanku begitu besar. Meskipun kini aku masih mencari hati dan perasaanku yang entah berceceran dimana, namun permintaan maafku ini hadir dari lubang yang berasal dari hatiku yang mungkin belum ketemu ini.

Aku harapkan masih belum terlambat untuk mengulang kembali dan memperbaiki segalanya.

30 Mei 2014

Dari aku untuk kamu

No comments: