Thursday, March 8, 2012

Kontemplasi Sebelum Tidur

Sebetulnya saya sudah mau bablas tidur karena buru-buru ingin segera mengganti hari ini. Akan tetapi, kenangan datang tanpa permisi dalam satu kedipan mata ketika malam semakin merayap gelap. Selalu begitu. Saat sedang bengong dengan pikiran random saya--yang biasanya nggak terlalu penting seperti besok pengen pakai baju apa, tiba-tiba saja I'm having a moment. Saya teringat dengan sahabat baik saya yang sekarang sudah hijrah ke ibukota untuk bekerja, bersamaan dengan kenangan paling awal kami dapat berkawan sekental ini. Lalu, disitulah banjir kenangan saya tentang sahabat-sahabat. 

Di posting sebelum-sebelum ini saya pamer sedikit tentang persahabatan kami yang sudah sewindu itu. Nah, gara-gara kenangan nostalgia ini, saya jadi ingat memori lawas awal pertama kali kami mulai "bersahabat" yang dalam artiannya, dimana kami mulai sering main bareng, jalan-jalan, curhat, dll. 

Disitulah, malam ini saya teringat untuk pertama kalinya kami semua janjian untuk nonton film di bioskop lama (bukan jaringannya 21cineplex). Saya teringat, bagaimana perjalanan naik bis berdua dengan (calon) partner in crime saya waktu itu. 2 cewek tomboy, dengan gaya kayak mbah dukun (si sahabat pake kaos tanpa lengan kayak mbah dukun dan saya pake' jaket item seperti asisten mbah dukun), keduanya berambut sama-sama jabrik waktu itu, cuek dan nggak ada cakep-cakepnya sama sekali. Kilasan kenangan bergulir, ketika akhirnya kami batal nonton karena antrean panjang yang tidak memungkinkan untuk dapat tiket, lalu satu rombongan memutuskan untuk nongkrong saja di rumah salah satu kawan yang paling dekat dengan gedung bioskop. Seperti biasa ketika kami semua berkumpul yang ada hanya ketawa-ketiwi nggak karuan. Entah menertawakan hal apa. Yang bisa saya lihat hanya di dalam kenangan itu kami semua tertawa lebar tanpa beban, galau paling mentok kami hanyalah seputaran PR Kimia yang nggak bisa dikerjain dan cowok cakep dari kelas sebelah. 

Saya menertawakan kenangan tentang persahabatan kami selama SMA. Perjalanan yang lagi-lagi terasa seperti mimpi. Menengok kami semua yang masih bersekolah dulu rasanya tiada duanya, sekarang ini aku melihat kami semua sudah menapaki jalan masing-masing. Semua telah berpindah menuju jalan masa depan masing-masing. Kami yang polos dan naif dulu itu kini berganti menjadi orang yang lebih dewasa. Dulu kami sekedar anak-anak ingusan yang sering bikin jengkel guru, namun sekarang seorang teman bahkan mulai melangkah maju membangun rumah tangganya sendiri. 

Rasa takut menjadi dewasa kadang masih saja membayangi. Jelaslah, saya sendiri tidak yakin dengan masa depan yang agak absurd. Terbiasa dipilihkan jalan, sekarang kadang rasa takut menggerogoti tatkala harus memilih masa depan saya sendiri. 

Pada titik ini, saya cuman bisa ketawa. Andai hidup hanya sekedar mengkhawatirkan gimana caranya bikin contekan untuk ulangan kimia saja :p

No comments: